Kyoto merupakan salah satu kota di Jepang
yang terkenal dengan tradisinya yang begitu kental, tidak aneh jika di
Kyoto kita selalu menjumpai kuil-kuil di setiap sudutnya hingga para
wanita yang dapat menghibur tamu yang datang atau biasa disebut Geisha. Tidak aneh jika Kyoto merupakan salah satu tujuan utama para wisatawan yang berkunjung ke Jepang.
Kebudayaan, sopan santun dan tata krama,
gaya bicara yang halus dengan aksen Kyoto yang membuat masyarakatnya
bangga dengan kota Kyoto. Bahkan banyak wanita yang bukan orang Kyoto
yang sengaja memakai aksen Kyoto atau Kyotoben (京都弁) dengan maksud untuk menarik perhatian dari kaum pria.
Selain itu, ada keunikan dari masyarakat
Kyoto yang harus diketahui, yaitu tentang tata krama dalam bertamu atau
berkunjung. Tentunya senang ya, apabila kita menerima tamu yang datang
ke rumah, tapi terkadang karena tuan rumah ada keperluan lain, atau
tamunya memang sudah terlalu lama berkunjung, sangatlah tidak enak
untuk mengatakan kalau sang tamu diharapkan untuk segera pulang.
Dalam menyikapinya, masyarakat Kyoto
tidak menggunakan kata-kata untuk mengingatkan tamunya itu, tapi dengan
suatu perlakuan khusus yang sangat unik, yaitu menawarkan untuk menambah
atau menuangkan kembali minuman ke dalam gelas sang tamu yang sudah
kosong.
お茶のお代わりお持ちしましょうか?(ocha no okawari omochishimashouka?) yang artinya, ocha-nya saya tambahkan lagi ya!
Itu menandakan, kalian harus segera pergi dari rumah itu.
Bisa dibayangkan kalau sang tamu tidak mengerti apa yang dimaksud sang tuan rumah (bukan orang Kyoto) atau malah berkata, “Hai, onegai shimasu!“
Hmmm, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.
Tradisi ini bukan hanya ketika bertamu
ke rumah orang saja lho, tapi juga dalam rumah-rumah makan, kalau memang
sudah mau tutup warungnya, siap-siap mental kita akan ditawarkan untuk
menambah minuman lagi
Ya, begitulah tradisi di Kyoto ketika
sang tuan rumah berharap tamunya untuk segera pulang, pengusiran secara
haluslah yang dilakukan sebagai usaha terakhir.
hehe cara mengusir yang sangat unik.
BalasHapus